Dalam rangka menyambut hari ibu, tanggal 22 Desember, maka gw membuat postingan tentang film-film yang bertema wanita..In advance. Okay. In advaaaaance (Oh..this postingan sounds really-really pointless). Here the reviews:
1. Sex and The City 2 (2010)
Director : Michael Patrick King
Casts : Sarah Jessica Parker, Kim Catrall, Cynthia Nixon, dll.
Wanita-wanita cantik (Pada zamannya. I don't know why Sex and The City Die Hard fans say that they are pretty. Keriput-Kisut-Dada-Turun-Beauty is still a mistery to me.Aduh! *tidak sengaja menyenggol otak ketika menggaruk selangkangan*) strike back!! Kali ini Carrie Bradshaw, dtt (dan tante-tante) kembali dengan cerita baru yang lebih penting, urgent, GAWAT, MENYANGKUT KEMASLAHATAN UMAT, SOOO-GODDAMN-SERIOUS-THAT-ENDANGERS-HUMAN-KIND-HELLLLPP-HELLLPPP-US-GOD!!!, yaitu:
1. Bagaimana mempertahankan perkawinan yg SUDAH berumur DUA TAHUN (no..nothing wrong with your eyes. Memang tidak tertulis PULUH diantara DUA dan TAHUN) agar tidak membosankan
2. TV berbahaya bagi keharmonisan rumah tangga
3. Memasak kue bersama anak berbahaya bagi kesehatan psikologis sang ibu. Pertama, sang anak bisa merusak rok mahal ibu. Kedua, sang anak bisa membuat ibu stress dengan tangisan-tangisannya karena TENTU SAJA ibu berharap ketika lahir ke dunia, anak-anaknya selalu bernyanyi semerdu buluh perindu bak malaikat-malaikat kecil di atas surga.
4. Sex is everything. Menopause is end of the world.
5. Bos lelaki yg against your arguments means sexes. You have to quit your job.
Dan pemecahan dari semua masalah tadi adalah: Tinggalkan masalahnya dan....pergi ke Abu Dhabi! You could stay in luxury hotel and wear fancy clothes then your pain will be washed away...Very shallow! Dangkal!
So..Roid..dengan kritikan-kritikan di atas...berarti lu nggak suka film ini,ya? Ummm...ngga sih..gw lumayan suka. xixixi. Kenapa? Lah...ini memang Sex and The City is all about. Perempuan-perempuan sukses tajir yang hahahihi ngomongin love-life, sex-life, party, baju, sepatu, dan masalah-masalah "dangkal" lainnya ala kelas sosial mereka dengan gaya witty dan funny. Gw sama sekali tidak mengharapkan film ini tiba-tiba menceritakan mereka bersatu menuntut pembongkaran Sutet di Manhattan misalnya, atau katakanlah, memprotes ganti rugi Lumpur San Jose di jalan tol Phoenix.
Emang sih, bahkan untuk serial Sex and The City (yang biasanya "dangkal"), cerita di film ini masih masuk dalam kategori "dangkal sekali". Perjalanan di Abu Dhabi itu agak pointless. Terlihat cuma hura-hura dan pamer-pamer baju mewah. Banyak sekali adegan yg cuma ingin mendapatkan reaksi "wow" penonton terhadap kemewahan. Kering. Nggak Dalem. (Oke.The last two words sound so wrong.but you know what i mean). Banyak juga kebetulan-kebetulan yang terlalu dipaksakan, kaya Carrie yang ketemu mantannya di Abu Dhabi. Walaupun dijelaskan alasannya dalam film, tetep aja celetukan "idih.film banget" popped out of my mind. Belum lagi kritik Michael Patrick King (penulis film ini) terhadap budaya arab yang disampaikan secara...apa ya... komikal sekali (lihat sendiri deh filmnya) jadi makin mengesankan kedangkalan film ini.
So, is it a good movie? umm..so so. Did i enjoy it? Umm..kinda.146 minutes untuk parade kemewahan dan kedangkalan is bit too long tapi. Was i bored? Bored is not the right word, but i want the movie ended after its 100-minutes-duration to death.
So, 6 wrinkled-cleavages/10 wrinkled-cleavages for this movie is fair enough lah i think.
2. Minggu Pagi di Victoria Park (2010)
Sutradara: Lola Amaria
Pemain: Lola Amaria, Titi Sjuman, Donny Damara, dll
Akhirnya ada film kita yang menceritakan tentang kehidupan TKW. Tapi syukurlah, film ini tidak diangkat dari kisah nyata. Karena kecenderungannya, film Indonesia yang diangkat dari kisah nyata, malah terlihat seperti film fantasi. Gw ambil contoh, film Ryan Sang Penjagal, yang mengangkat kisah Ryan Jombang yang melegenda itu. Di film itu diceritakan dia disiksa temannya sewaktu kecil, sering diledek banci, terus ditenggelamkan di sungai. Tiba-tiba Ryan kecil marah.Hidungnya kembang-kempis, matanya melotot-lotot, dan voila...dia jadi phsyco. Lalu membunuhi temannya. Ketika dewasa, Ryan (tentu saja diperankan pemuda yg 10x lbh tampan dari aslinya) menjadi playboy bisexual yang suka membunuh demi uang. Pesan moral : Ryan menjadi pembunuh karena sering diledek banci maka jangan ledek teman anda banci. Kalo kesimpulannya gitu, berarti pekarangan rumah gw juga penuh mayat dong sekarang. Huh, Fantasi ! (Eh? Kok jadi buka aib).
Makanya ketika tau film ini tentang TKW, gw takut film ini mengangkat kisah tentang Nirmala Bonet tapi pemainnya Asmirandah. Kan jadinya fantasi. Dan ternyata, gw salah. Film ini memang tentang TKW.Tapi dengan cerdik, berusaha tidak terjebak dalam klise. Kisah utamanya malah bukan tentang penyiksaan TKW, tapi tentang seorang kakak yang mencari adiknya di Hongkong. Keduanya TKW tentu saja. Karena kalau keduanya anggota DPR yang lagi shopping, maka filmnya paling akan berdurasi cuma 5 menit. Ya paling kan kakaknya mencari adiknya yang tersesat di counter ARMANI sementara sang kakak asik melihat-lihat di counter ARYANGKELUARSEBELUMMANI (Huaaaa...*crying over my jayusness*).
Tapi diantara kisah pencarian itu, tentu saja problematika para TKW tetap disajikan. Problematika-problematika itu dijalin rapi dengan problem utama, tapi filmnya tak terlihat unfocused. Ada beberapa sih adegan yang terasa missplaced..kaya adegan dua pembantu yang ngobrol tentang pahlawan devisa yang terasa palsu sekali. Atau adegan Donny Damara sang pegawai konsulat yang terlihat sangat "penyuluhan TVRI". Tapi adegan2 tsb bisa dimaafkan dengan adegan-adegan lain yang natural. Contohnya, adegan para TKW yang sedang ngobrol di Victoria Park. Lucu sekali. Sepertinya, pemeran-pemeran pembantunya yang menjadi pembantu memang diperankan oleh pembantu (Muntah-muntah. Keselek pembantu sebelah kos).
Lola Amaria dan Titi Sjuman berperan sangat apik di sini. Begitupun aktor-aktor lain yang berperan sebagai TKW (yg curiganya TKW beneran). Yang kurang malah Donny Damara yang ya..tadi..terlihat gak natural dan seperti penyuluh dari KUD. Tapi mungkin ini tuntutan sutradara juga sih, Lola Amaria. Tapi apapun, karakter Donny Damara terlihat mengganggu dan merusak kenaturalan tadi. Ibaratnya, kalo nggak ada dia, berasa ngintip kamar pembantu. Natural. Begitu ada dia, terasa nonton film lagi. Ibarat ngeliat foto istri yang dipajang di kamar pembantu yang kita intip, ngerusak fantasi jadinya.
Tapi ada beberapa "foto istri" juga sih di "kamar pembantu" ini. Bukan Donny Damara doang. Selain obrolan dua pembantu tentang pahlawan devisa tadi, gw kurang suka juga kisah percintaan Lola Amaria dan Donny Alamsyah, agak-agak too good to be true menurut gw. Tapi memang, Donny Damara adalah foto istri yang paling gede. Ibaratnya segede poster.
Oh,sinematografinya juga patut diacungin jempol. Shoot-shootnya banyak yang unik dan cantik. Color dan tone-nya juga cantik. Musiknya juga oke. Jadi walaupun bercerita tentang pembantu, film ini dikemas cantik seperti akyuu...yuuuk.
rating : 8 kemocengs/10 kemocengs.
BONUS REVIEW :
3. Poison Ivy 2 (1996)
Director : Anne GourSaud
Casts : Alyssa Milano, Johnathon Schaech
Tipikal film esek-esek tahun 90an. Setiap hal bisa menuntun seorang gadis lugu menjadi gadis binal. Ada yang karena diperkosa pamannya, dijual ibunya, atau disiksa pacarnya. Kali ini, gadis lugu itu menjadi binal karena kertas fotokopian. Bukan karena dia diperkosa mesin fotocopy. Tapi karena kertas fotokopian itu berisikan gambar-gambar telanjang artsy seorang wanita misterius. Dan melihat gambar-gambar eksotis itu, ditambah membaca buku diary wanita misterius tersebut, si gadis lugu akhirnya menjadi binal. Dan sampai situ, sudah cukup membuat kita fast forward film ini secara terpola. 15 menit sekali pasti ada adegan ranjang. If you want to see eye candy then tape candid-camera like video, watch this movie.
rating : 4 fotokopian-pemicu-seks/10 fotokopian-pemicu-seks
1 komentar:
owh maafkan kelancanganku bang! aq tidak bermaksud begitu (lah ini org knapa juga tiba2 datang n ngomong kyak gini)
di postingan ini, guw ngerasa poison ivy yg jd photo istri di kamar pembantu!
Posting Komentar