RSS
Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)

Rabu, 10 November 2010

I Go Right, Comedies Go Wrong

Long time no review. Oke, ignore the corny title, concentrate on the cheesy review (Yes. You are trapped in a campy blog). Here's the review, bitch! *now, he's trying to be witty by using the word bitch. Ah...this amateur blogger*


1. Red Cobex

Dengan talent-talent yang merupakan natural comedians, Upi Guava sang sutradara sebenarnya seperti koki yang mendapat bahan masakan berkualitas tinggi. Yang penting sekarang, dengan bahan masakan berkualitas tinggi itu, could she make a delicious cuisine?

Err..film ini buat GUWEH..dan temen-temen GUWEH...kayak nanggung. Dibilang komedi, nggak terlalu lucu. Dibilang film romantis (karena lebih dari setengah film ini bercerita tentang kisah cinta) juga nggak mengharu biru. Sayang, padahal dengan natural comedians seperti Tika Panggabean, Indy Barends, dan Sarah Sechan, seharusnya film ini bisa jadi komedi total (tentu dengan syarat naskahnya yang lucu juga). Tapi sang sutradara malah memasukkan kisah cinta tak penting, awkward, dan unbelievable (maksudnya nggak bisa dipercaya, nggak masuk akal, penulis malas menggoogle padanan kata bahasa inggrisnya) ke dalamnya sehingga film ini jadi nanggung kemana-mana.

Jadi balik lagi ke pertanyaan tadi, "could she make a delicious cuisine?". Jawaban gw, "no". Tapi mungkin ada dua sebab kenapa begini:

1. Emang Kokinya nggak bisa masak bahan makanan mahal (Gosh, please forgive me). Jadi seperti mpok nori yang diberi keju, wine, foei grass, tiram, caviar, tetep hasil masakannya: "semur jengkol dengan hiasan keju, wine, foei grass, tiram, caviar di luar piring" (suara doraemon).

atau

2. Waktu memasaknya kurang. Jadi dengan bahan masakan yang mahal, waktu yang dikasih cuma secepat ketahanan bercinta....sebentar.. *googling ketahanan bercinta hewan* *ga nemu yang lebih sebentar dari penulis* *tarik nafas hembus nafas* *menulis dengan berat* secepat ketahanan bercinta...penulis, maka hasil masakannya: (sekarang giliran pembaca. Coba baca masakan berikut dengan suara Doraemon) "Keju dengan caviar, tiram, foei grass, dan wine bertumpuk dibungkus plastik Indomaret"


Entah yang mana penyebab koki ini tidak bisa memasak enak dengan bahan masakan berkualitas tinggi yang sudah diberi. Tapi sebagai seorang yang berfikiran bersih, gw rasa penyebabnya adalah nomor 1. Xixixixi. *dipiting Vino Bastian* (Upi Guava adalah ehem-ehem VI..NO..BAS..TIAN *suara Fenny Rose*)


Rating : 6 cobex soex/ 10 cobex soex


2. Madame X

This film looked so promising. Kalo liat teasernya, kayak the funniest movie in decades...secercah sinar pencerah di terowongan gelap film komedi Indonesia, sebuah berlian di kubangan lumpur film komedi Indonesia, seorang Rianti Cartwright diantara kuli-kuli hitam pembangun pondasi film komedi Indonesia yang goyah, sebuah Sen..NGAP! *mulut Roid dijejelin kipas angin Miyako*

Ya, kalo liat teasernya sih gitu. Pas nonton? well, lumayan sih. Beberapa lines dan adegan memang mau gak mau membuat kita ngakak. Ya gimana enggak, penuh banci booo. Jangankan di film, di kehidupan nyata aja kelakukan mereka sering buat kita ngakak. Tapiiii....udah pernah liat banci yang itu-itu aja selama 2 jam belum? Ternyata sosoknya jadi gak lucu lagi ya. Apalagi didukung dengan jalan cerita yang..errr...kok agak maksa ya?

Sebenernya film ini sudah cukup baik menyedot perhatian di paruh pertama, tapi di paruh kedua (ketika Joko Anwar si scene stealer sudah tidak tampak lg di scene)..eh..sedotannya kena gigi bo'...jadi kurang endang. Terlalu banyak adegan yang dipaksakan lucu.

Emang sih, komedi ini model komedi over-the-top ala-ala Austin Power. Semua dibuat berlebihan. Semua dibuat norak. Jalan cerita juga dibuat seenaknya. Nggak masuk akal gapapa. Tapi kenapa ya Austin Power lucu banget? dan film ini ga terlalu? apa karena Austin Power temanya ringan...paling tentang pemimpin kelompok berpenis emas, atau perempuan berbeha pistol yang ternyata pengkhianat.....tema yang ringanlah pokoknya.

Sedangkan Madame-X agak-agak nyerempet kritik sosial. Tema berat, dibungkus film ringan. Jadi agak nggak nyambung. Gitu kali ya? Ah..nggak ah. Tema apapun tetep bisa dibikin bagus ah. O...mungkin kasusnya kaya Red Cobex....mungkin karena banci yang mendapat pakaian mahal, parfum mahal, kosmetik mahal, emang nggak bisa dandan cyin. Jadi tetep aja walau barangnya mahal, dandanan yang dihasilkan masih agak berbau taman lawang *diarak lalu dikebiri panitia Q film festival*

rating : 6,5 sedot-kena-gigi (1/2 berarti cuma kena gigi geraham, yang 6 kena gigi taring)



3. The Other Guys

Film ini bercerita tentang dua orang polisi yang dianggap looser di kesatuannnya karena mereka nggak pernah sekalipun menangani kasus kriminal. I mean, you're a police officer and you never handle a criminal case? Then I'm a police man too. You're a police man too, readers! because we never handle a criminal case!! Let's close those panti pijat plus-plus readers!! We're the poli..blub blub *dijejelin peluit Polantas*

Gw sih emang suka film tentang loosers yang finally fight back and kick others ass. Gw banget! (bagian loosernya, bukan fight back-nya). Dan.....this movie might be the funniest movie of the year. Gosh...komedi mereka sangat orisinil sekali. Tunggu sampe adegan mereka berantem di pemakaman. Karena ga boleh berisik, mereka berantem tapi ga bersuara sama sekali, yang sorak-sorak juga bisik-bisik. Sorry spoiler. But this scene maybe the funniest scene of the year.

Dan banyak lagi lines-lines lucu yang bikin gw ngakak kenceng. Mungkin kalo di mulut gw ada nasi, tu nasi bisa sampe muncrat ke Jln. Pegangsaan Timur nomor 56 dan menempel di puncak tiang bendera yang berdiri di sana (ooh..don't ask me why i mention this jalan). Tapi dengan ritme goyangan yang udah bener, tiba-tiba film ini ingin nungging dan melakukan manuver goyangan yang berbeda dari sebelumnya. The movie goes Parody. Ala Scarry Movie.

Bukan...bukan tiba-tiba di film ada Edward Cullen yang menghisap Body Butter Body Shop untuk bertahan hidup cantik.....atau tiba-tiba ada Mama Ina dan Kak Ikang Fauzi yang saling menempel dada sambil teriak,"Yea baby..yea baby". Pokoknya bukan tiba-tiba jadi parodi macam itulah. Tapi jalan ceritanya dan gaya becandaannya yang jadi mirip-mirip film Scarry Movie dan sejenis, menghalalkan segala cara untuk membuat orang tertawa. Absurd, in a bad way.

Ya gitu, tiba-tiba di tengah film ke akhir, ceritanya jadi absurd sekali macam film parodi. Dan lu mulai merasa kotor karena tertawa. Karena the jokes cross the line, the cheesy line i mean. You know, kayak perasaan bersalah waktu jempol kaki lu goyang-goyang dan mulut lu nggak sengaja bergumam, "Ibu-ibu, Bapak-bapak, siapa yang punya anak tolong akuuu...." Ah...sayang sekali. Padahal film ini sangat menjanjikan di paruh pertama. Waktu mereka mengeluarkan joke-joke konyol nan cerdas, ingin sekali gw berdiri dari kursi terus nunjuk ke layar sambil ngomong, "You..You GUYS are freaking AWSOME!! This, people *memutar pandangan ke penjuru bioskop, mata berkaca-kaca*...is the best comedy of the Year!".


Tapi setelah selesai menonton, rasanya ingin sekali gw ke Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, mengambil nasi yang menempel di puncak tiang bendera, dan memasukkannya lagi ke mulut sambil bergumam, "rugi bo ketawa sampe ngakak tadi, akhirnya membuat diri merasa kotor. Dosa juga mubazir nasi".

Errr...seorang blogger yang menulis artikel yang absurd dan parody-ish komplain sama film yang parody-ish? Pecinta Wali Band teriak Wali Band corny, kamu Roid!


rating: 7,5 nasi yang menempel di puncak tiang bendera





---End of the review which never goes wrong because it's been wrong in the first place---