RSS
Welcome to my blog, hope you enjoy reading :)

Selasa, 18 Mei 2010

April and May Movies

Kalo lagi ada tugas, maka semua hal bakal jadi lebih menarik dilakukan dibanding ngerjain tugas. Berdasarkan pengalaman gw, kalo di hari biasa gw paling najis mughafafah ngeliat sinetron laga Indosiar, nah...kalo musim ujian atau musim banyak tugas, sinetron2 laga itu jadi terlihat lebih menarik...jadi terlihat seperti film-film sci-fi Steven Spielberg. Terus kalo hari biasa gw males nulis, (boro-boro nulis review, nulis nama gw di daftar sumbangan RT aja gw males (males nyumbangnya sebenernya)),nah giliran tugas mepet deadline gini,gw pengen nulis review.

Ya, review ini gw tulis karena gw lagi ada tugas. Mepet deadline pula. Tapi tugas gw nomor dua-kan.Eat it,Pak Dosen! Eat the review,readers!


1. Iron Man 2


Salah satu the most anticipated movie tahun ini ya kayanya. Orang udah heboh pas film ini muncul. Ngantri dimana-mana. Tapi, is the movie worth the ngantri-beli-harap-harap-cemes-rela-blow-job-di-toilet - demi - kebagian- satu- tiket effort?

Well, depends on your expectation ya.Kalo gw sih ekspektasinya cuma pengen fun ngeliat pamer visual efek sana-sini.Nggak terlalu mengharapkan yang gimana-gimana gitu di departemen cerita. Jadi ya, buat gw pribadi, film ini worth the blow job i did on the toilet *ngelingkerin rambut orang dengan sisir lalu nge-blow*.

Tapi sepanjang film gw sibuk menghipnotis diri sendiri. Berbisik kepada diri sendiri, "cuekin dialog Tony Stark yang annoying,Roid..cuekin..cuekin..fokus sama spesial efek. Cuekin failed-joke yang lumayan sering pemainnya ucapkan Roid..cuekin. Cuekin joke-joke jayus itu Roid..cuekin..fokus sama baju robot Iron Man yang canggih. Cuekin drama-sok-mellow-gak-penting di tengah-tengah cerita Roid..cuekin..cuekin...fokus pada dada Scarlett Johansson.".

Walaupun ga 100% berhasil karena tetep aja gw terganggu sama dialognya yg annoying dan lama. Malah ada beberapa momen yg membuat gw ingin melompat ke ruang projektor dan me-mute suara pemain-pemainnya. Tapi overall, film ini cukup fun untuk ditonton kok.


Jadi, tips untuk menikmati film ini: Just sit back and enjoy parade visual efeknya. Lakukan hipnotis diri di adegan-adegan tertentu. Kalo elu tajir dan ga mau susah-susah hipnotis diri sendiri, sewa Romi Rafael untuk menghipnotis. Atau kalo lu ga tajir-tajir amat dan siap menanggung risiko orang akan mengetahui profesi lu yang sebenarnya adalah pelacur atau ayam kampus, sewa Uya Kuya.

rating : 7 setrikaans/10 setrikaans


2. Nightmare on The Elm Street


gelap........sepi........perempuan cantik berdada lebih besar dari otaknya, berjalan di tengah kegelapan....ketakutan.....tapi dia penasaran.....ada siapa di sana......sepi...............sepi.........tak ada suara.....gelap...........sepi.......JENG JENG JENG!!!!! meauuuuuwwww...ahh..ternyata kucingnya yg imut....segera dia kembali ke kamar....tiba-tiba bunyi-bunyian muncul lagi...score film mulai bermain...membuat penonton harap-harap cemas.....gelap...sepi....sepi....JENG JENG JENG!!! HANTUNYA MUNCUL!!! si gadis lari. Tapi dadanya yang besar,menghambat kecepatan larinya. Dan crashhhhhh....akhirnya sang Hantu berhasil membunuh sang gadis.


Film ini terdiri dari empat adegan di atas. Ganti saja tokoh gadis-berdada-besar dengan gadis-berdada-kecil-tapi-mukanya-lumayan-cantik-dan-style-edgynya-lumayan-imut terus ganti lagi dengan remaja-pria-berbadan-bagus-dan-wajah-cute lalu terakhir pria-berwajah-manis-badan-so-so-tapi-lari-lari-telanjang-dengan-sempak-saja. Intinya, film ini berusaha memenuhi fetish semua penonton (dalam hal ranjang). Lainnya? Cuma film horor yang sama sekali tidak membuat takut tapi membuat kesal karena sepanjang film kita dikagetkan dengan sound JENG JENG JENG yang annoying.

Oke, itu review yang shallow. Tapi what to dig in a selokan?not much kan?

rating : 4 JENG JENG JENGS/10 JENG JENG JENGS


3. Kick-Ass

Seorang remaja dengan kostum superhero melompat dari gedung tinggi. Tubuhnya menukik cepat ke bawah. Orang-orang bertepuk tangan. "Look! He's flying", mereka bersorak. Dan Bam! Tubuhnya jatuh menghantam taxi. Tewas. He can't fly. He's not a superhero.

So Superhero does not exist? Nggak. They Exist. 'They must exist", itu yang ada di otak seorang remaja cupu yg ingin menjadi superhero. Namun ternyata jalannya menjadi superhero gak gampang. Dia malah sempat hampir mati.

Tapi akhirnya dia ketemu "superhero" beneran. Seorang ayah dan anak. Anak kecil berumur 11 tahun. Ben 10? Ben 7? Amel Cemal-Cemil? Bukan. Namanya HIT Girl, yang setiap muncul selalu ngomong, "kalau ada yang lebih murah,buat apa cari yang lebih mahal?"

Dibuka dengan adegan yang mengejutkan tadi (adegan melompat dari gedung). Film ini berjalan dengan adegan-adegan yang lebih mengejutkan. Apa yang lebih mengejutkan daripada melihat seorang anak perempuan berumur 11 tahun menusuk lelaki dewasa, menebas kakinya hingga putus dan menembaki lelaki-lelaki dewasa tanpa ampun? Dewi Persik memain-mainkan selang air di film Kutunggu Jandamu? Oh..iya. Gw salah. Ada ternyata *memutar bola mata*

Awalnya gw agak-agak risih melihat adegan anak kecil membunuh. I mean, what's the point?entertainment?uniqueness? Tapi seiring berjalannya film,gw pikir-pikir lagi, this is what's the movie all about. A satire to annoy you. Ketika keadilan nggak bisa ditegakkan sama penegak hukum, you have to fight for the justice. Dan anak kecil yang berani fight for justice indeed annoy you. Seorang remaja cupu memakai kostum superhero yang berani luka-luka karena melawan preman, indeed annoy you.

Dan seketika lu ngerasa jadi orang paling pengecut sedunia. Ingin rasanya berteriak di bioskop, "HILANGKANNN SAJAAA TITIT SAYAAA YA TUHAAAAN" (trik biar bisa operasi kelamin gratis.trik biar ga masuk neraka juga.Kan hilangnya natural,ga dioperasi). Dan adegan Hit Girl membantai musuh-musuhnya adalah adegan pembantaian paling fun yang pernah gw tonton selain adegan pembantaian zombie di Zombieland.

Tapi film ini bukan tanpa cela. Filmnya agak lambat di paruh pertama. Agak nggak terlalu penting kisah cinta si remaja cupu dengan gadis populer. Dan kenapa pula selalu ada kisah klise cowok cupu akhirnya dapet cewek popular. Just let the cupu become cupu and do masturbation in his room lah...jangan buat kami bermimpi setinggi langit. Let us live peacefully with our Vaselline! or...errrr....sabun colek Ekonomi.

rating : 8 asses/10 asses


4. Prince of The Persia

Semua yang punya PS di masa kecilnya pasti tahu bahwa film ini diangkat dari salah satu game laris. Tapi karena masa kecil gw PSless,boro-boro punya PS, TV aja beli hasil tadahan dari kerusuhan Mei 98 (Gosh,i promised my Mom not to tell anyone about this), makanya gw clueless film ini diangkat dari game. Makanya gw jg clueless film ini tentang apaan. Gak usahlah gw ceritain sinopsisnya yah laa. Gw yakin kalian semua tau game ini dan TV kalian beli dari toko langsung! Gress! Bagus! Ga rusak setelah 4 bulan pake! Ada remotenya! Ga harus jauh2 mencet tombol kalo harus ganti-ganti channel! Dan ketika tombolnya rusak, lepas, lu ga harus nyolok-nyolok ke dalam panel TV pake pulpen buat ganti channel *loh?kok curhat?*


*tarik nafas..hembus nafas*..oke..balik lagi ke filmnya. I found my self trying so hard not to leave the seat during the movie. The first one hour of it is Bad. Entah kenapa jalan ceritanya terasa klise sekali. Sepertinya semua film kerajaan memainkan formula ini. Ada sebuah kerajaan yg dipimpin seorang Raja bersama penasihat bermuka licik yg dia percayai. Tiba-tiba sang raja dibunuh. Tentu saja yang dituduh jagoan kita. Padahal bukan dia yang membunuh. Tapi seseorang yg bernafsu merebut tahta raja. Ah...harusnya anggota kerajaan menonton film-film kerajaan seperti Aladdin atau Cinderella, biar mereka tau ciri-ciri penjahat berdasarkan kelicikan mimik muka. Eh eh,gw gak bilang penasihat bermuka licik lho yg bunuh raja. Nggak lho. Sumpah.


Tapi bukan cerita klisenya yang ngebuat gw gak tahan pengen keluar dari bioskop. Tapi dialognya yang agak-agak corny dan terdengar palsu dan sangat..yah..sangat terdengar dinaskahkan sekali. Umm..ga natural. Ya, kata-kata yang tepat gak natural. Dan akting benci-jadi-cinta Jake Gyllenhaal dan Gemma Arterton juga terlihat kurang natural. Kalah cute dibanding dua pemeran Full House yg gw lupa namanya itu. Rasanya akting cinta Jake Gyllenhaal lebih natural waktu dia main bareng lelaki di Brokeback mountain.


Terus ditambah lagi ada selipan-selipan joke yang bukannya membuat lucu, tp malah membuat bulu kuduk meremang. Tipe-tipe joke yang sangkin nggak lucunya, malah membuat lu ga nyaman mendengarnya. Kaya joke-joke Bos lu di acara kantor yang membuat lu harus ketawa toleransi. Atau kaya ketika lu baca blog ini. Tapi karena di bioskop lu gak perlu ketawa toleransi, efeknya bulu kuduk jadinya meremang.

Entah kenapa beberapa hal mengingatkan gw akan Dragon Ball Evolution. Bukan visual efeknya yg cuma beberapa tingkat di atas Sinetron Indosiar. The visual effect itself is not outstanding emang. Tp ga buruk juga. Mayanlah. Some levels higher than Dragonball Evolution. Jadi mungkin the nuance of unnaturality. Nuansa ketidaknaturalannya yg membuat film ini mirip Dragon Ball. Semua terasa dibuat-buat dan sangat dinaskahkan sekali. Tapi ending film ini lumayan sih. Cukup pintar. Lumayan bikin geli-geli di otak.


Yah..andai saja produsernya mau membayar lebih untuk departemen naskah (membayar penulis naskah Glee mungkin?), atau mau berusaha mengcasting pemain-pemain yang bisa bermain lebih natural (Seperti Bambang Pamungkas?), mungkin film ini bisa jauh lebih baik. *Dada kembang kempis, air mata haru di pelupuk mata, membayangkan Jake Gyllenhaal menggendong Bambang Pamungkas di film Prince of PERSIJA : The Musical*


rating : 6 69/10 69 (sigh..excuse my garingness)